Total Tayangan Halaman

Kamis, 15 November 2012

UMPAMA BATAK


1.      Risi-risi hata ni jolma, lamot-lamot hata ni begu. = Ucapan manusia itu kasar, tetapi ucapan iblis itu halus lemah-lembut. Ungkapan ini mengingatkan supaya orang jangan cepat tergiur pada kata-kata rayuan yang hanya enak didengar telinga, padahal maksud dan tujuannya untuk menusuk dari belakang atau tipuan.
2.      Jolo nidilat bibir asa nidok hata = Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Pikirkan dulu baik-baik barulah ucapkan.
3.      Ndang dao tubis sian bonana. = Rebung tidak akan jauh dari pokoknya.
Ini biasa diucapkan untuk menilai perilaku orang lain atau untuk menyimpulkan mengapa sampai terjadi kelakuan anak seperti itukarena orangtuanya pun seperti itu.
4.      Aek godang aek laut, dos ni roha sibahen nasaut. = Hasil musyawarah untuk mufakat itulah yang terbaik.
5.      Tuit sitara tuit, tuit pangalahona. Molo tuit boru i mago ma ibotona. = Perempuan yang suka mejeng atau berbuat tak senonoh akan mempermalukan saudaranya laki-laki (ibotonya). Karena harga diri  suatu keluarga kelak terletak di tangan anak lelaki bila ayahnya sudah tiada. Jadi, para gadis Batak janganlah sampai terkesan perempuan jalang.
6.      Ndang di ahu, ndang di ho, tumagonan ma di begu. = Tidak untuk saya, tidak juga untuk kamu, lebih baik untuk hantu. Ucapan ini dialamatkan kepada orang yang berhati busuk ketika merasa kalah dalam perebutan harta, kekuasaan atau hak-hak lain. Ia tidak merasa senang kalau temannya sendiri yang mendapatkan, lebih baik pihak ketiga.
7.      Tampulon aek do na mardongan tubu. = Orang semarga itu bagaikan aliran air (sambung-menyambung), jika dicoba diputuskan, sebentar lagi sudah menyatu. Jangan coba-coba mengadu domba atau mencerai-beraikan orang semarga.
8.      Ndang songgop onggang tu hadudu. = Tidak sanggup burung enggang ke padi-padian. Tidak mungkin kehormatan dan kekuasaan datang kepada orang bodoh.
9.      Songon sorha ni padati. = Bagaikan roda pedati. Artinya hidup ini mengalami perputaran, terkadang makmur, jatuh miskin.
*Sorha = alat pemintal benang.
10.  Molo mate ina i, dohot do ama panoroni. = Kalau ibu meninggal, ayah itu pun menjadi ayah tiri. Ini dikatakan untuk mengungkit pengalaman sedih anak-anak yang ditinggal mati oleh ibunya. Jika ayah kawin lagi, maka sang ayah itu pun selalu berpihak pada istri baru.
11.  Purpar pande dorpi bahen tu dimposna. = Tukang kayu betapapun pandainya melakukan pekerjaannya pastilah menimbulkan suara bising , namun membuat rapi hasil kerjanya. Artinya, boleh ribut dulu dengan sesama asalkan semuanya itu menuju kebaikan dan makin mengakrabkan hubungan kekerabatan.
* Purpar = Bising atau berisik seperti memakukan papan ke dinding.
* Dorpi = Dinding
12.  Hata mamunjung hata lalaen, hata torop sabungan ni hata. = Pendapat sendiri adalah pendapat yang tidak wajar, pendapat orang banyaklah yang jadi pedoman, dan jadi keputusan.
*Tarpunjung = terpencil, terkucilkan.
13.  Bolus do mula ni hadengganon, jujur do mula ni hasesega = Cepat melupakan perbuatan yang tidak baik seseorang sumber kebaikan, tetapi suka menghitung perbuatan baik kita menjadi sumber perselisihan.
14.  Situlluk mata ni horbo. =  Cepat-cepat tunjuk hidung atau menunjukkan kesalahan orang lain agar jera dan tidak menghabiskan banyak waktu membicarakannya.
15.  Siat mamiding naeng mamolak. = Diberi ruang atau tempat  untuk tidur menyamping, malah ingin telentang.
16.  Siat jari-jari, naeng siat botohon = Sudah muat jari, masih ingin lagi muat tangan.”. Ini sindiran bagi teman yang tidak puas-puasnya mendapatkan sesuatu.
17.  Tumpakna do tajomna, rim ni tahi do gogona. = Organisasi atau kumpulan akan kuat bila tetap dalam kebersamaan dan seia-sekata.
18.  Sahalak maniop sulu, sude halak marsuluhonsa. = Seseorang berbuat baik, semua orang bergembira karena merasakan hasil perbuatan baik orang tersebut. Ini diucapkan untuk menghargai perbuatan baik seseorang sekaligus mengharap agar semakin banyak orang yang menjadi ”berkat” untuk orang lain.
19.  Tu sundungna do hau marumpak. = Pohon akan tumbang ke arah condongnya. Artinya, seseorang itu akan menjadi seperti apa kelak, akan sesuai bakat, talenta serta amal perbuatannya.
20.  Pitu batu martindi sada do sitaon na dokdok. = Tujuh batu bertindih tetapi satulah menahan paling berat. Ini diucapkan menyadarkan seseorang bahwa pada akhirnya meskipun banyak pendamping tetapi seoranglah menanggung beban terberat.
21.  Tampuk ni pusu-pusu, urat ni ate-ate. = Si buah hati, anak yang paling dikasihi. Artinya, dalam keluarga orang Batak selalu ada anak yang paling dikasihi (anak hasian)
22.  Maraprap na so magulang = Orang yang tidak jatuh, malah ikut terluka. Maksudnya, jangan ikut terlibat dan melibatkan orang lain pada sesuatu yang bukan urusannya.
23.  Sirungrung na dapot bubu, siosari na dapot sambil. = Seseorang yang mau melepaskan terhukum dari hukuman sewenang-wenang.
*Rungrung = membalikkan sesuatu wadah untuk mengeluarkan isinya, misalnya air.
24.  Suhar bulu ditait dongan, laos suhar do i taiton. = Jika seorang teman atau keluarga berbuat salah hendaklah dibela walau dalam hati mengakui hal itu salah. Ungkapan ini sudah jarang diucapkan karena dinilai tidak sesuai dengan paham kasih dan kebenaran.
25.  Eme na masak digagat ursa, ia i namasa ba i ma niula. = Padi siap panen dimakan rusa, apa yang biasa dikerjakan kebanyakan orang itulah kita lakukan. Ungkapan ini juga dianggap melemahkan insiatif orang sehingga makin jarang diperdengarkan.
26.  Miakna panggorengna. = Seperti kebiasaan orang Batak dahulu, karena langka dan mahalnya minyak goreng sehingga minyak/lemak babi itulah dipakai untuk menggoreng dagingnya. Ini dimaksudkan agar seseorang jangan terlalu repot mencari modal usaha. Pergunakan saja apa yang ada, mulailah dari usaha kecil.
27.  Mambuat mas sian toru ni rere. = mengambil emas dari bawah tikar buruk. Maksudnya agar jangan mengambil keuntungan dari jalan terkutuk ( korupsi dan menipu)
28.  Ranggas tumutung bonana. = Mas kawin (sinamot) keluarga pengantin perempuan itulah yang diatur dan dicukup-cukupkan untuk biaya pesta perkawinan.
* Ranggas = ranting kayu yang sudah tua cocok untuk kayu bakar.
29.  Ndang jadi tanjungan ni ina nonang. = Kaum ibu tidak boleh terlalu mencampuri urusan adat yang sedang dibahas oleh kaum bapak.
30.  Manubu-nubui hata. = mengada-ada, menyiarkan berita bohong.
31.  Dipupusi na mate na mangolu. = Orang mati merampas harta orang hidup. Artinya,  Keluarga yang ditinggalkan orang yang meninggal  menjadi  susah karena yang meninggal itu meningalkan hutang yang harus dibayar.
32.  Tigor do ransang hapit = lurus kayu ransang terjepit. Artinya, orang yang berbuat benar dan tulus bisa saja terjepit, sehingga ia merasa serba salah.
33.  Molo bolak mandar ndang jadi ribahan. = Kain sarung yang lebar janganlah dirobek. Ini mengingatkan agar jika anggota kelompok sudah meluas, janganlah sengaja dibuat terpecah-pecah.
34.  Ndang ditiptip halak ganjangna, ndang diarit balgana. = Tidak akan ada orang yang mengurangi kebesaran dan kehormatannya dalam melaksanakan sesuatu acara.
35.  Tiptip alai sai adong masiganjangi, dosdos alai sai adong mansiboloni. = Walaupun bersaudara tetapi semuanya tidak akan sama jalan pikiran maupun harta kekayaannya
36.  Marnajonok do manghosing na binaen = Hendaklah orang yang lebih dekat hubungan kekerabatan lebih dulu menerima bagian hak adat ( jambar hata, jambar juhut).
37.  Martampuk bulung, marbona sangkalan. Marnata suhut marnampuna ugasan. = Mengingatkan supaya keluarga terdekat lebih berpartisipasi dan bertanggungjawab, jangan terus mengandalkan kerabat yang mereka yang hubungan kekerabatannya jauh.
38.  Sihampir gabe gambir, tandiang gabe toras. Tudia pe ahu so tampil, tudia pe so bolas. = Karena kemiskinannya seseorang itu  tidak masuk hitungan masyarakat di lingkunganya.
39.  Ndang na taraithon tagonan ma pinonggolhon, ndang na tartangishon tagonan ma tinortorhon.= Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah tumpah, lebih baik dibawakan dalam gerakan tarian saja. Artinya, jangan selalu bersedih.
40.  Simanuk-manuk manang sibontar andora, ndada sitodo turpuk siahut lomo ni roha. = Ada kalanya yang terjadi itu di luar kemauan kita dan harus kita terima apa adanya.
41.  Ndang boi sambariba tangan martopap = Tak mungkin hanya bertepuk tangan sebelah.
42.  Songon tuhil, ia pinasak masuk, ia tinait ro. = Bagaikan pahat dipukul; masuk, ditarik kembali. Artinya, janganlah bekerja kalau disuruh, ambil inisiatif.
43.  Hotang binebe-bebe, hotang pinulos-pulos, unang hamu mandele ai godang do tudos-tudos. = Janganlah putus asa, sebab banyak contoh penderitaan serupa di luar sana, bahkan penderitaan mereka lebih berat.
44.  Arga jambar juhut argaan do jambar hata. = Nilai kesempatan menggunakan hak bicara dalam adat lebih mahal dari hak mendapatkan bagian daging.
45.  Jolo diseat hata asa diseat raut. = Lebih dulu diputus kata sebelum diputus pisau. Artinya jangan terus membagikan jambar adat sebelum dimufakati atau sebelum dibicarakan.
46.  Maila raut so dapotan. = Malu pisau tidak melukai . Ini dikatakan untuk melarang keras orang yang suka mempermainkan pisau, sebab bukan tak mungkin akan melukai orang.
47.  Marimbulu natinutungan. = Bebrulu lagi yang sudah dibakar. Artinya keputusan yang sudah disepakati dalam rapat menjadi batal tidak berarti hanya karena salah seorang yang tidak hadir menolak hasil kesepakatan tersebut.
48.  Ndang uasan halak di toru ni sampuran. = Tidak akan kehausan orang di dekat air terjun. Ini dikatakan kepada orang yang berada di tengah-tengah keluarga makmur tidak akan kelaparan
49.  Ulu balang na so mida musu. = Mengaku jagoan dan pemberani tetapi tak pernah berhadapan dengan musuh.
50.  Mulak-ulak songon namangusa botohon. = Berulang-ulang atau bolak-balik bagaikan membersihkan tangan. Artinya, tidaklah salah walaupun apa yang telah diucapkan pembicara terdahulu diulangi lagi oleh pembicara belakangan.
51.  Sidapot solup do na ro. = Pendatang sebaiknya mematuhi atau tunduk pada kebiasaan adat yang berlaku setempat, Tidak boleh mengatakan, wah.. kalau yang berlaku di daeah kami… begini atau begitu.
52.  Marsolup di hundulan. = Posisi kekerabatan seseorang dalam acara adat tergantung aturan yang berlaku, bisa sebagai Hula-hula, sebagai Boru, atau derajat kekerabatan lainnya. Ini dikatakan seseorang yang hubungan kekerabatannya berbagai segi.
53.  Songon na mandege gara. = Bagaikan menginjak bara api. Ungkapan ini merupakan sindiran bagi tamu yang datang sebentar lalu pergi.
54.  Tedak songon indahan di balanga. = Terbuka atau transparan seperti nasi dalam kuali. Artinya tidak ada yang perlu ditutup-tutupi
55.  Na teal so hinallung na teleng so hinarpean. =  Yang berat sebelah tidak dipikul, yang mirik tidak dialasi. Diucapkan mengeritik orang yang angkuh tetapi sesungguhnya tidak ada apa-apanya.
56.  Marsitijur dompak langit, sai madabu do tu ampuan. = Meludah ke langit dengan sendirinya jatuh ke pangkuan. Artinya ; menjelekkan saudara sendiri sama dengan menjelekkan diri sendiri.
57.  Nang pe di bagasan sunuk manuk sabungan, sai tong do martahuak. = Kalaupun terkurung di dalam keranjang, ayam sabung akan tetap berkokok. Artinya, si pemberani itu akan selalu menunjukkan keberaniannya di mana pun ia berada.
58.  Na tinaba ni tangke martumbur, na tinamba ni gana ripur. = Yang ditebang kampak akan bertunas, yang ditebang sumpah mati tak akan berketurunan. Artinya, janganlah sampai termakan sumpah sebab berat risikonya.
59.  Naso matanggak di hata, naso matahut di bohi. = Berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.
*Tahut = takut
60.  Monang di surak-surak, talu di olop-olop. = Keburu bersorak karena dikira sudah menang padahal ternyata kalah.
61.  Talu maralohon dongan, monang maralohon musuh. = Tidak apalah kalaupun kalah/ mengalah terhadap teman asalkan menang melawan musuh.
62.  Marurat tu toru marbulung tu ginjang = Berakar ke bawah berdaun ke atas. Seseorang mempunyai keturunan anak laki-laki dan perempuan.

*Na Porlu Botoon ( Yang Perlu Diketahui ) :
Umpama ima hata tudosan hera sarupa tu Falsafah ni natua-tua. Molo mandok Umpama unang hata ni Umpasa didok jala molo mandok Umpasa unang hata ni Umpama didok.


Lapatan na (Artinya) :
Umpasa adalah Perumpamaan yang mirip dengan Filosofi orangtua. Jikalau memberikan Umpama jangan berikan Umpasa dan sebaliknya, jikalau memberikan Umpasa jangan berikan Umpama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar