Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 Maret 2012

Jiwa yang Fana


Ah, mengapa harus bercongkak jiwa yang fana?
Begitulah yang banyak ini berlalu, seperti bunga atau rumput
Yang menjadi layu supaya yang lain muncul
Begitulah yang banyak berdatangan, juga yang kita lihat
Untuk mengulangi setiap kisah yang sudah dikenal

Karena kita semua sama saja, seperti orangtua kita
Kita melihat apa yang dilihat mereka
Minum dari sungai yang sama dan melihat matahari yang sama
Dan menapak jalan yang telah ditempuhnya

Maka mencintai tetapi kisahnya tak dapat kita buka
Mereka mengejek, tetapi hati yang angkuh sudah membeku
Mereka berduka, tetapi tiada isak tangis dari tidurnya
Mereka bersukacita, tetapi lidah kegembiraanya membisu

Mereka meningggal! Ya, mereka meninggal, dan kitalah yang ada
Kerja di atas jerami yang mengukir dahi mereka
Dan menjadikan rumahnya kediaman sementara
Bertemu apa yang ada di tengah perjalanan musafir mereka
Ya, harap dan putus asa, suka dan duka
Bercampur dalam terangnya Surya dan curah hujan
Senyum dan air mata, nyanyian dan tangisan
Susul-menyusul, seperti ombak yang berlomba
Sehembusan nafas, sekerlingan mata
Dari merahnya kesehatan sampai pucatnya kematian
Dari ruang berlapis prada, sampai keranda kain kafan

Ah, mengapa bercongkak, jiwa yang fana?

- William Knox-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar