Ah, mengapa harus bercongkak jiwa yang fana?
Begitulah yang
banyak ini berlalu, seperti bunga atau rumput
Yang menjadi layu
supaya yang lain muncul
Begitulah yang
banyak berdatangan, juga yang kita lihat
Untuk mengulangi
setiap kisah yang sudah dikenal
Karena kita semua
sama saja, seperti orangtua kita
Kita melihat apa
yang dilihat mereka
Minum dari sungai
yang sama dan melihat matahari yang sama
Dan menapak jalan
yang telah ditempuhnya
Maka mencintai
tetapi kisahnya tak dapat kita buka
Mereka mengejek,
tetapi hati yang angkuh sudah membeku
Mereka berduka,
tetapi tiada isak tangis dari tidurnya
Mereka bersukacita,
tetapi lidah kegembiraanya membisu
Mereka meningggal!
Ya, mereka meninggal, dan kitalah yang ada
Kerja di atas
jerami yang mengukir dahi mereka
Dan menjadikan
rumahnya kediaman sementara
Bertemu apa yang
ada di tengah perjalanan musafir mereka
Ya, harap dan putus
asa, suka dan duka
Bercampur dalam
terangnya Surya dan curah hujan
Senyum dan air
mata, nyanyian dan tangisan
Susul-menyusul,
seperti ombak yang berlomba
Sehembusan nafas,
sekerlingan mata
Dari merahnya
kesehatan sampai pucatnya kematian
Dari ruang berlapis
prada, sampai keranda kain kafan
Ah, mengapa
bercongkak, jiwa yang fana?
- William Knox-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar