Total Tayangan Halaman

Kamis, 15 November 2012

UMPAMA BATAK


1.      Risi-risi hata ni jolma, lamot-lamot hata ni begu. = Ucapan manusia itu kasar, tetapi ucapan iblis itu halus lemah-lembut. Ungkapan ini mengingatkan supaya orang jangan cepat tergiur pada kata-kata rayuan yang hanya enak didengar telinga, padahal maksud dan tujuannya untuk menusuk dari belakang atau tipuan.
2.      Jolo nidilat bibir asa nidok hata = Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Pikirkan dulu baik-baik barulah ucapkan.
3.      Ndang dao tubis sian bonana. = Rebung tidak akan jauh dari pokoknya.
Ini biasa diucapkan untuk menilai perilaku orang lain atau untuk menyimpulkan mengapa sampai terjadi kelakuan anak seperti itukarena orangtuanya pun seperti itu.
4.      Aek godang aek laut, dos ni roha sibahen nasaut. = Hasil musyawarah untuk mufakat itulah yang terbaik.
5.      Tuit sitara tuit, tuit pangalahona. Molo tuit boru i mago ma ibotona. = Perempuan yang suka mejeng atau berbuat tak senonoh akan mempermalukan saudaranya laki-laki (ibotonya). Karena harga diri  suatu keluarga kelak terletak di tangan anak lelaki bila ayahnya sudah tiada. Jadi, para gadis Batak janganlah sampai terkesan perempuan jalang.
6.      Ndang di ahu, ndang di ho, tumagonan ma di begu. = Tidak untuk saya, tidak juga untuk kamu, lebih baik untuk hantu. Ucapan ini dialamatkan kepada orang yang berhati busuk ketika merasa kalah dalam perebutan harta, kekuasaan atau hak-hak lain. Ia tidak merasa senang kalau temannya sendiri yang mendapatkan, lebih baik pihak ketiga.
7.      Tampulon aek do na mardongan tubu. = Orang semarga itu bagaikan aliran air (sambung-menyambung), jika dicoba diputuskan, sebentar lagi sudah menyatu. Jangan coba-coba mengadu domba atau mencerai-beraikan orang semarga.
8.      Ndang songgop onggang tu hadudu. = Tidak sanggup burung enggang ke padi-padian. Tidak mungkin kehormatan dan kekuasaan datang kepada orang bodoh.
9.      Songon sorha ni padati. = Bagaikan roda pedati. Artinya hidup ini mengalami perputaran, terkadang makmur, jatuh miskin.
*Sorha = alat pemintal benang.
10.  Molo mate ina i, dohot do ama panoroni. = Kalau ibu meninggal, ayah itu pun menjadi ayah tiri. Ini dikatakan untuk mengungkit pengalaman sedih anak-anak yang ditinggal mati oleh ibunya. Jika ayah kawin lagi, maka sang ayah itu pun selalu berpihak pada istri baru.
11.  Purpar pande dorpi bahen tu dimposna. = Tukang kayu betapapun pandainya melakukan pekerjaannya pastilah menimbulkan suara bising , namun membuat rapi hasil kerjanya. Artinya, boleh ribut dulu dengan sesama asalkan semuanya itu menuju kebaikan dan makin mengakrabkan hubungan kekerabatan.
* Purpar = Bising atau berisik seperti memakukan papan ke dinding.
* Dorpi = Dinding
12.  Hata mamunjung hata lalaen, hata torop sabungan ni hata. = Pendapat sendiri adalah pendapat yang tidak wajar, pendapat orang banyaklah yang jadi pedoman, dan jadi keputusan.
*Tarpunjung = terpencil, terkucilkan.
13.  Bolus do mula ni hadengganon, jujur do mula ni hasesega = Cepat melupakan perbuatan yang tidak baik seseorang sumber kebaikan, tetapi suka menghitung perbuatan baik kita menjadi sumber perselisihan.
14.  Situlluk mata ni horbo. =  Cepat-cepat tunjuk hidung atau menunjukkan kesalahan orang lain agar jera dan tidak menghabiskan banyak waktu membicarakannya.
15.  Siat mamiding naeng mamolak. = Diberi ruang atau tempat  untuk tidur menyamping, malah ingin telentang.
16.  Siat jari-jari, naeng siat botohon = Sudah muat jari, masih ingin lagi muat tangan.”. Ini sindiran bagi teman yang tidak puas-puasnya mendapatkan sesuatu.
17.  Tumpakna do tajomna, rim ni tahi do gogona. = Organisasi atau kumpulan akan kuat bila tetap dalam kebersamaan dan seia-sekata.
18.  Sahalak maniop sulu, sude halak marsuluhonsa. = Seseorang berbuat baik, semua orang bergembira karena merasakan hasil perbuatan baik orang tersebut. Ini diucapkan untuk menghargai perbuatan baik seseorang sekaligus mengharap agar semakin banyak orang yang menjadi ”berkat” untuk orang lain.
19.  Tu sundungna do hau marumpak. = Pohon akan tumbang ke arah condongnya. Artinya, seseorang itu akan menjadi seperti apa kelak, akan sesuai bakat, talenta serta amal perbuatannya.
20.  Pitu batu martindi sada do sitaon na dokdok. = Tujuh batu bertindih tetapi satulah menahan paling berat. Ini diucapkan menyadarkan seseorang bahwa pada akhirnya meskipun banyak pendamping tetapi seoranglah menanggung beban terberat.
21.  Tampuk ni pusu-pusu, urat ni ate-ate. = Si buah hati, anak yang paling dikasihi. Artinya, dalam keluarga orang Batak selalu ada anak yang paling dikasihi (anak hasian)
22.  Maraprap na so magulang = Orang yang tidak jatuh, malah ikut terluka. Maksudnya, jangan ikut terlibat dan melibatkan orang lain pada sesuatu yang bukan urusannya.
23.  Sirungrung na dapot bubu, siosari na dapot sambil. = Seseorang yang mau melepaskan terhukum dari hukuman sewenang-wenang.
*Rungrung = membalikkan sesuatu wadah untuk mengeluarkan isinya, misalnya air.
24.  Suhar bulu ditait dongan, laos suhar do i taiton. = Jika seorang teman atau keluarga berbuat salah hendaklah dibela walau dalam hati mengakui hal itu salah. Ungkapan ini sudah jarang diucapkan karena dinilai tidak sesuai dengan paham kasih dan kebenaran.
25.  Eme na masak digagat ursa, ia i namasa ba i ma niula. = Padi siap panen dimakan rusa, apa yang biasa dikerjakan kebanyakan orang itulah kita lakukan. Ungkapan ini juga dianggap melemahkan insiatif orang sehingga makin jarang diperdengarkan.
26.  Miakna panggorengna. = Seperti kebiasaan orang Batak dahulu, karena langka dan mahalnya minyak goreng sehingga minyak/lemak babi itulah dipakai untuk menggoreng dagingnya. Ini dimaksudkan agar seseorang jangan terlalu repot mencari modal usaha. Pergunakan saja apa yang ada, mulailah dari usaha kecil.
27.  Mambuat mas sian toru ni rere. = mengambil emas dari bawah tikar buruk. Maksudnya agar jangan mengambil keuntungan dari jalan terkutuk ( korupsi dan menipu)
28.  Ranggas tumutung bonana. = Mas kawin (sinamot) keluarga pengantin perempuan itulah yang diatur dan dicukup-cukupkan untuk biaya pesta perkawinan.
* Ranggas = ranting kayu yang sudah tua cocok untuk kayu bakar.
29.  Ndang jadi tanjungan ni ina nonang. = Kaum ibu tidak boleh terlalu mencampuri urusan adat yang sedang dibahas oleh kaum bapak.
30.  Manubu-nubui hata. = mengada-ada, menyiarkan berita bohong.
31.  Dipupusi na mate na mangolu. = Orang mati merampas harta orang hidup. Artinya,  Keluarga yang ditinggalkan orang yang meninggal  menjadi  susah karena yang meninggal itu meningalkan hutang yang harus dibayar.
32.  Tigor do ransang hapit = lurus kayu ransang terjepit. Artinya, orang yang berbuat benar dan tulus bisa saja terjepit, sehingga ia merasa serba salah.
33.  Molo bolak mandar ndang jadi ribahan. = Kain sarung yang lebar janganlah dirobek. Ini mengingatkan agar jika anggota kelompok sudah meluas, janganlah sengaja dibuat terpecah-pecah.
34.  Ndang ditiptip halak ganjangna, ndang diarit balgana. = Tidak akan ada orang yang mengurangi kebesaran dan kehormatannya dalam melaksanakan sesuatu acara.
35.  Tiptip alai sai adong masiganjangi, dosdos alai sai adong mansiboloni. = Walaupun bersaudara tetapi semuanya tidak akan sama jalan pikiran maupun harta kekayaannya
36.  Marnajonok do manghosing na binaen = Hendaklah orang yang lebih dekat hubungan kekerabatan lebih dulu menerima bagian hak adat ( jambar hata, jambar juhut).
37.  Martampuk bulung, marbona sangkalan. Marnata suhut marnampuna ugasan. = Mengingatkan supaya keluarga terdekat lebih berpartisipasi dan bertanggungjawab, jangan terus mengandalkan kerabat yang mereka yang hubungan kekerabatannya jauh.
38.  Sihampir gabe gambir, tandiang gabe toras. Tudia pe ahu so tampil, tudia pe so bolas. = Karena kemiskinannya seseorang itu  tidak masuk hitungan masyarakat di lingkunganya.
39.  Ndang na taraithon tagonan ma pinonggolhon, ndang na tartangishon tagonan ma tinortorhon.= Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah tumpah, lebih baik dibawakan dalam gerakan tarian saja. Artinya, jangan selalu bersedih.
40.  Simanuk-manuk manang sibontar andora, ndada sitodo turpuk siahut lomo ni roha. = Ada kalanya yang terjadi itu di luar kemauan kita dan harus kita terima apa adanya.
41.  Ndang boi sambariba tangan martopap = Tak mungkin hanya bertepuk tangan sebelah.
42.  Songon tuhil, ia pinasak masuk, ia tinait ro. = Bagaikan pahat dipukul; masuk, ditarik kembali. Artinya, janganlah bekerja kalau disuruh, ambil inisiatif.
43.  Hotang binebe-bebe, hotang pinulos-pulos, unang hamu mandele ai godang do tudos-tudos. = Janganlah putus asa, sebab banyak contoh penderitaan serupa di luar sana, bahkan penderitaan mereka lebih berat.
44.  Arga jambar juhut argaan do jambar hata. = Nilai kesempatan menggunakan hak bicara dalam adat lebih mahal dari hak mendapatkan bagian daging.
45.  Jolo diseat hata asa diseat raut. = Lebih dulu diputus kata sebelum diputus pisau. Artinya jangan terus membagikan jambar adat sebelum dimufakati atau sebelum dibicarakan.
46.  Maila raut so dapotan. = Malu pisau tidak melukai . Ini dikatakan untuk melarang keras orang yang suka mempermainkan pisau, sebab bukan tak mungkin akan melukai orang.
47.  Marimbulu natinutungan. = Bebrulu lagi yang sudah dibakar. Artinya keputusan yang sudah disepakati dalam rapat menjadi batal tidak berarti hanya karena salah seorang yang tidak hadir menolak hasil kesepakatan tersebut.
48.  Ndang uasan halak di toru ni sampuran. = Tidak akan kehausan orang di dekat air terjun. Ini dikatakan kepada orang yang berada di tengah-tengah keluarga makmur tidak akan kelaparan
49.  Ulu balang na so mida musu. = Mengaku jagoan dan pemberani tetapi tak pernah berhadapan dengan musuh.
50.  Mulak-ulak songon namangusa botohon. = Berulang-ulang atau bolak-balik bagaikan membersihkan tangan. Artinya, tidaklah salah walaupun apa yang telah diucapkan pembicara terdahulu diulangi lagi oleh pembicara belakangan.
51.  Sidapot solup do na ro. = Pendatang sebaiknya mematuhi atau tunduk pada kebiasaan adat yang berlaku setempat, Tidak boleh mengatakan, wah.. kalau yang berlaku di daeah kami… begini atau begitu.
52.  Marsolup di hundulan. = Posisi kekerabatan seseorang dalam acara adat tergantung aturan yang berlaku, bisa sebagai Hula-hula, sebagai Boru, atau derajat kekerabatan lainnya. Ini dikatakan seseorang yang hubungan kekerabatannya berbagai segi.
53.  Songon na mandege gara. = Bagaikan menginjak bara api. Ungkapan ini merupakan sindiran bagi tamu yang datang sebentar lalu pergi.
54.  Tedak songon indahan di balanga. = Terbuka atau transparan seperti nasi dalam kuali. Artinya tidak ada yang perlu ditutup-tutupi
55.  Na teal so hinallung na teleng so hinarpean. =  Yang berat sebelah tidak dipikul, yang mirik tidak dialasi. Diucapkan mengeritik orang yang angkuh tetapi sesungguhnya tidak ada apa-apanya.
56.  Marsitijur dompak langit, sai madabu do tu ampuan. = Meludah ke langit dengan sendirinya jatuh ke pangkuan. Artinya ; menjelekkan saudara sendiri sama dengan menjelekkan diri sendiri.
57.  Nang pe di bagasan sunuk manuk sabungan, sai tong do martahuak. = Kalaupun terkurung di dalam keranjang, ayam sabung akan tetap berkokok. Artinya, si pemberani itu akan selalu menunjukkan keberaniannya di mana pun ia berada.
58.  Na tinaba ni tangke martumbur, na tinamba ni gana ripur. = Yang ditebang kampak akan bertunas, yang ditebang sumpah mati tak akan berketurunan. Artinya, janganlah sampai termakan sumpah sebab berat risikonya.
59.  Naso matanggak di hata, naso matahut di bohi. = Berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.
*Tahut = takut
60.  Monang di surak-surak, talu di olop-olop. = Keburu bersorak karena dikira sudah menang padahal ternyata kalah.
61.  Talu maralohon dongan, monang maralohon musuh. = Tidak apalah kalaupun kalah/ mengalah terhadap teman asalkan menang melawan musuh.
62.  Marurat tu toru marbulung tu ginjang = Berakar ke bawah berdaun ke atas. Seseorang mempunyai keturunan anak laki-laki dan perempuan.

*Na Porlu Botoon ( Yang Perlu Diketahui ) :
Umpama ima hata tudosan hera sarupa tu Falsafah ni natua-tua. Molo mandok Umpama unang hata ni Umpasa didok jala molo mandok Umpasa unang hata ni Umpama didok.


Lapatan na (Artinya) :
Umpasa adalah Perumpamaan yang mirip dengan Filosofi orangtua. Jikalau memberikan Umpama jangan berikan Umpasa dan sebaliknya, jikalau memberikan Umpasa jangan berikan Umpama.

UMPASA BATAK


Umpasa tu Naposo Bulung  ( Umpasa untuk Muda/Mudi ) :

Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan,
Jolo sinukkun marga asa binoto partuturan.

Tudia ma luluon da goreng-goreng bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Tobing bahen dongan.

Tudia ma luluon da dakka-dakka bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Sinaga bahen dongan.

Manuk ni pealangge, hotek-hotek laho marpira,
Sirang na mar ale-ale, lobianan matean ina.

Silaklak ni dandorung tu dakka ni sila-sila,
Ndang iba jumonok-jonok tu naso oroan niba.

Metmet dope sikkoru da nungga dihandang-handangi,
Metmet dope si boru da nungga ditandang-tandangi.

Torop do bittang di langit, si gara ni api sada do,
Torop do si boru nauli, tinodo ni rohakku holan ho do.

Rabba na poso ndang piga tubuan lata,
Hami na poso ndang piga na umboto hata.


Umpasa Manjalo Tintin Marangkup ( Umpasa untuk Pasangan Saat 
tukar Cincin) :

Bulung namartampuk, bulung ni simarlasuna,
Nunga hujalo hami tintin marangkup, dohonon ma hata pasu-pasuna.

Hot pe jabu i, tong doi margulang-gulang,
Sian dia pe mangalap boru bere i, tong doi boru ni Tulang.

Sai tong doi lubang nangpe dihukkupi rere,
Sai tong doi boru ni Tulang, manang boru ni ise pei dialap bere.

Amak do rere, dakka do dupang,
Anak do bere, Amang do Tulang.

Asing do huta Hullang, asing muse do huta Gunung Tua,
Asing do molo tulang, asing muse do molo gabe dung simatua.


Umpasa tu na Baru Marbagas ( Umpasa kepada Pasangan yang Baru Menikah ) :

Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman.

Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring-iring, huhut mangompa-ompa anak dohot
boru.

Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tusima hamu dapot pansamotan.

Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora,
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.

Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.

Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring-iring Tuhan ganup ari.

Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut
Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut.

Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha.

Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan,
Arimu ma gabe molo marsipaolo-oloan.

Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon,
Sai tubu ma anakmuna sapppulu pitu (17) dohot borumuna sappulu onom (16).

Andor hadukka ma patogu-togu lombu,
Sai sarimatua ma hamu sahat tu na patogu-togu pahoppu.


Umpasa Mangampu ( Umpasa Mengucapkan Terimakasih ):

Bulung ni Taen, tu bulung ni Tulan,
Ba molo tarbahen, sai topot hamu hami sahali sabulan.
Molo so boi bulung ni tulan, pinomat bulung ni salaon,
Ba molo so boi sahali sabulan, pinomat sahali sataon.

Ni durung si Tuma, laos dapot Pora-pora.
Molo mamasu-masu hula-hula mangido sian Tuhan, Napogos hian iba, boi do gabe mamora.

Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan,
Angka pasu-pasu na ni lehon muna sai dijangkon tondi ma dohot badan.

Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si Tulan,
Angka pasu-pasu na pinasahat muna, sai sude mai dipasaut Tuhan.

Naung sampulu sada jumadi sampulu tolu,
Angka pasu-pasu pinasahat muna sai anggiatma padenggan ngolu-ngolu.

Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu,
Angka pasu-pasu pinasat muna hula-hula nami, diampu hami ma di tonga jabu.

Turtu ninna anduhur, tio ninna lote,
Angka pasu-pasu pinasahat muna, sai unang ma muba, unang mose.

Habang pidong Sibigo, paihut-ihut Bulan,
Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.

Obuk do jambulan, nidandan ni boru Samara
Pasu-pasu na mardongan tangiang sian hula-hula mambahen marsundut-sundut soada mara.

Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula
Sahat ma pasu-pasu na nilehon muna i tu hami, sai horas ma nang hamu hula-hula.

Suman tu aek natio do hamu, riong-riong di pinggan pasu,
Hula-hula nabasa do hamu, na girgir mamasu-masu.


Umpasa na Asing ( Umpasa yang Lain ) :

Martahuak ma manuk di bungkulan ni Ruma,
Horas ma hula-hulana,songoni nang akka boruna.

Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage,
Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe.

Hariara madungdung, pilo-pilo na maragar,
Sai tading ma na lungun, ro ma na jagar.

Sinuan bulu sibahen na las,
Tabahen uhum mambahen na horas.

Eme ni Simbolon parasaran ni si borok,
Sai horas-horas ma hita on laos Debata ma na marorot.

Sititik ma sigompa, golang-golang pangarahutna,
Tung so sadia pe naeng tarpatupa, sai anggiat ma godang pinasuna.

Pinasa ni Siantar godang rambu-rambuna,
Tung otik pe hatakki, sai godang ma pinasuna.

Tuat si puti, nakkok sideak,
Ia i na ummuli, ima ta pareak.

Aek godang tu aek laut,
Dos ni roha sibaen na saut.

Napuran tano-tano rangging marsiranggongan,
Badan ta i padao-dao, tondita i marsigomgoman.

Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari.

Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran,
Tung aha pe dijama hamu, sai tong ma dalan ni pasu-pasu.

Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura,
Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua.

Dolok ni Simalungun, tu dolok ni Simamora,
Salpu ma sian hamu na lungun, sai hatop ma ro si las ni roha.

*Na Porlu Botoon ( Yang Perlu Diketahui ) :
Umpasa i ma Pasu-pasu manang tangiang na ro sian roha ni na manghatahon Umpasa i asa pasauthon Amanta Debata songon na pinagido ni roha ni na mamasu-masu. Akka jolma na manghatahon Umpasa ikkon tongtong do porsea na Amanta Debata do na gabe mual dohot mangalean Pasu-pasu i.
Penggunaan Umpasa adalah tergantung kepada konteks kegiatan yang dilakukan, ada umpasa untuk orang Menikah, ada Umpasa untuk orang Meninggal, ada Umpasa untuk Paradaton, dan yang lainnya.

Lapatan na (Artinya) :

Umpasa adalah Berkat  berupa Kata-kata, semacam doa, agar keinginan berupa ucapan diluluskan Tuhan. Setiap orang yang mengucapkan Umpasa (Berkat berupa Kata-kata) harus selalu meyakini dalam hatinya bahwa Tuhanlah yang menjadi sumber dan memberikan berkat-berkat tersebut. 
Pamakkean ni Umpasa i  mamereng tu Ulaon na adong do, adong Umpasa tu Na Mangoli, Marujung Ngolu, Acara Adat dohot na lain.

Rabu, 29 Agustus 2012

Jenis-jenis Pidana (dalam KUHP)


Dalam  Pasal 10 KUHP disebutkan bahwa pidana terdiri atas tujuh (7) jenis, yakni tiga (4) jenis pidana pokok dan tiga (3) jenis pidana tambahan, antara lain:
a.       Pidana Pokok:
1.      Pidana mati;
2.      Pidana penjara;
3.      Pidana kurungan;
4.      Pidana denda
b.      Pidana Tambahan:
1.      Pencabutan hak-hak tertentu;
2.      Perampasan barang-barang tertentu;
3.      Pengumuman putusan hakim.
NB: Selain tujuh jenis hukuman di atas, terdapat hukuman Tutupan yang diatur dalam dalam UU No.20 Tahun 1946 tentang Hukuman Tutupan . Tujuan dari hukuman Tutupan ini sendiri adalah untuk menggantikan pidana penjara dalam hal hakim mengadili orang yang melakukan kejahatan yang diancam dengan pidana penjara, karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati.
Ketujuh jenis hukuman di atas terkait pada empat kepentingan orang yang dilindungi oleh hukum pidana, yaitu:
I.                    Jiwa                 : orang, yang dikenai:
1.      Hukuman mati
II.                 Kemerdekaan  : orang, yang dikenai:
1.      Hukuman penjara
2.      Hukuman kurungan
III.               Milik                : orang, yang dikenai:
1.      Hukuman denda
2.      Hukuman perampasan barang
IV.              Kehormatan     : orang, yang dikenai:
1.      Hukuman pencabutan hak-hak tertentu
2.      Hukuman pengumuman putusan hakim

Jumat, 24 Agustus 2012

Teknik Pembuatan Surat Dakwaan (SE JAGUNG RI NO: SE-004/J.A/11/1993)


Teknik pembuatan Surat Dakwaan berkenaan dengan pemilihan bentuk Surat Dakwaan dan Redaksi yang dipergunakan dalam merumuskan Tindak Pidana yang didakwakan, yakni:
1.      Pemilihan Bentuk.
Bentuk Surat Dakwaan disesuaikan dengan jenis Tindak Pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Apabila terdakwa hanya melakukan satu tindak pidana, maka digunakan dakwaan tunggal. Dalam hal terdakwa melakukan satu Tindak Pidana yang menyentuh beberapa perumusan Tindak Pidana dalam Undang-Undang dan belum dapat dipastikan tentang kualifikasi dan ketentuan pidana yang dilanggar, dipergunakan dakwaan alternatif atau subsidair. Dalam hal terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri-sendiri, dipergunakan bentuk dakwaan kumulatif.
2.      Teknis Redaksional
Hal ini berkenaan dengan cara merumuskan fakta-fakta dan perbuatan terdakwa yang dipadukan dengan unsur-unsur Tindak Pidana sesuai perumusan ketentuan pidana yang dilanggar, sehingga nampak dengan jelas bahwa fakta-fakta perbuatan terdakwa memenuhi segenap unsur Tindak Pidana sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pidana yang bersangkutan. Perumusan dimaksud  harus dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat Tindak Pidana dilakukan. Uraian kedua komponen tersebut dilakukan secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan kalimat-kallimat efektif

Bentuk-bentuk Surat Dakwaan (SE JAGUNG RI NO: SE-004/J.A/11/1993)


Undang-Undang tidak menetapkan bentuk Surat Dakwaan.. Bentuk Surat Dakwaan yang dikenal dalam perkembangannya adalah sebagai berikut:
1.      Tunggal
Dalam Surat Dakwaan hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena tidak terdapat kemungkinan  untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti lainnya. Misalnya hanya didakwakan Tindak Pidana Pencurian (pasal 362 KUHP).
2.      Altermatif
Dalam Surat Dakwaan terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan.
Meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, tetapi hanya satu dakwaan saja yang akan dibuktikan.
Pembuktian dakwaan tidak perlu dilakukan secara berurut sesuai lapisan dakwaan, tetapi langsung kepada  dakwaan yang dipandang terbukti. Apabila salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Misalnya didakwakan:
Pertama            : Pencurian (pasal 362 KUHP), atau 
Kedua              : Penadahan (pasal 480 KUHP).
3.      Subsidair.
Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsider juga terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari Tindak Pidana yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan Tindak Pidana yang diancam dengan pidana terendah. Pembuktiannya dilakukan secara berurut dimulai dari lapisan teratas sampai dengan lapisan yang dipandang terbukti.
Lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan dakwaan yang bersangkutan.
Misalnya didakwakan :
Primair             : Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP),
Subsidair          : Pembunuhan (pasal 338 KUHP),
Lebih Subsidair            : Penganiayaan yang menyebabkan matinya orang (pasal  351(3)KUHP).
4.      Kumulatif.
Dalam Surat Dakwaan kumulatif, didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke semua dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tigas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang masing-masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri.
Misalnya didakwakan :
 Kesatu            : Pembunuhan (pasal 338 KUHP), dan
 Kedua             : Pencurian dengan pernberaten (363 KUHP), dan
 Ketiga                         : Perkosaan (pasal 285 KUHP).
5.      Kombinasi
Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini dikombinasikan/digabungkan antara  dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau Subsidair. Timbulnya bentuk ini seiring dengan perkembangan dibidang kriminalitas  yang semakin variatif baik dalam bentuk/jenisnya maupun dalam modus operandi yang dipergunakan.
Misalnya didakwakan:
·         Kesatu :
Primair             :  Pembunuh berencana (pasal 340 KUHP)
Subsidair          : Pembunuhan biasa (pasal 338 KUHP);
Lebih Subsidair            : Penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang (pasal 351 (3) KUHP);
·         Kedua :
Primair             : Pencurian dengan pemberatan (pasal 363 KUHP);
Subsidair          : Pencurian (pasal 362 KUHP), dan
·         Ketiga : 
Perkosaan (pasal 285 KUHP). 

Syarat-syarat Membuat Surat Dakwaan (SE JAGUNG RI NO: SE-004/J.A/11/1993)


Pasal 143 (2) KUHAP menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan Surat Dakwaan, yakni syarat-syarat yang berkenaan dengan tanggal, tanda tangan Penuntut Umum dan identitas lengkap terdakwa. Syarat-syarat dimaksud dalam praktek disebut sebagai syarat formil.
Sesuai ketentuan pasal 143 (2) huruf a KUHAP, syarat formil meliputi :
a.       Surat Dakwaan harus dibubuhi tanggal dan tanda tangan Penuntut Umum pernbuat Surat Dakwaan;
b.      Surat Dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang meliputi : nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan.
Disamping syarat formil tersebut ditetapkan pula bahwa Surat Dakwaan harus memuat uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan dengan menyebutkan tempat dan waktu Tindak Pidana itu dilakukan. Syarat ini dalam praktek tersebut sebagai syarat materiil. Sesuai ketentuan pasal 143 (2) huruf b KUHAP, syarat materiil. meliputi :
a.       Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan;
b.      Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat Tindak Pidana itu dilakukan.
·         Uraian secara cermat, berarti menuntut ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan Surat Dakwaan yang akan diterapkan bagi terdakwa. Dengan menempatkan kata "cermat" paling depan dari rumusan pasal 143 (2) huruf b KUHAP, pembuat Undang-Undang menghendaki agar Jaksa Penuntut Umum dalam membuat  Surat Dakwaan selalu bersikap korek dan teliti.
·         Uraian secara jelas, berarti uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas dalam Surat Dakwaan, sehingga terdakwa -dengan mudah memahami apa yang didakwakan terhadap dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya.
·         Uraian secara lengkap, berarti Surat Dakwaan itu memuat semua unsur (elemen) Tindak Pidana yang didakwakan. Unsur-unsur tersebut harus terlukis didalam uraian fakta kejadian yang dituangkan dalam Surat Dakwaan.
Secara materiil suatu Surat Dakwaan dipandang telah memenuhi syarat apabila Surat Dakwaan tersebut telah  memberi gambaran secara bulat dan utuh tentang :
1.      Tindak Pidana yang dilakukan;
2.      Siapa yang melakukan Tindak Pidana tersebut;    
3.      Dimana Tindak Pidana dilakukan;
4.      Bilamana/kapan Tindak Pidana dilakukan;
5.      Bagaimana Tindak Pidana tersebut dilakukan;
6.      Akibat apa yang ditimbulkan Tindak Pidana tersebut (delik materiil).
7.      Apakah yang mendorong terdakwa melakukan Tindak Pidana tersebut (delik-delik tertentu);
8.      Ketentuan-ketentuan Pidana yang diterapkan.
Komponen-komponen tersebut secara  kasuistik harus disesuaikan dengan jenis Tindak Pidana yang didakwakan (apakah Tindak Pidana tersebut termasuk delik formil atau delik materiil). Dengan demikian dapat diformulasikan bahwa syarat formil adalah syarat yang berkenaan dengan formalitas pembuatan Surat Dakwaan, sedang syarat materiil adalah syarat yang berkenaan dengan materi/substansi Surat Dakwaan. Untuk keabsahan Surat Dakwaan, kedua syarat tersebut harus dipenuhi. Tidak terpenuhinya syarat formil, menyebabkan Surat Dakwaan dapat dibatalkan (vernietigbaar), sedang  tidak terpenuhinya syarat materiil menyebabkan dakwaan batal demi hukum (absolut nietig). 

Dasar Pembuatan Surat Dakwaan (SE JAGUNG RI NO: SE-004/J.A/11/1993)


1.      Penuntut Umum mempunyai wewenang membuat Surat Dakwaan (pasal 14 huruf d KUHAP);
2.      Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun  yang didakwa melakukan suatu Tindak Pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan,yang berwenang mengadili (pasal 137 KUHAP);  
3.      Pembuatan Surat Dakwaan dilakukan oleh Penuntut Umum bila ia berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan (pasal 140 ayat 1 KUHAP).
Surat Dakwaan merupakan penataan konstruksi yuridis atas fakta-fakta  perbuatan terdakwa yang terungkap sebagai hasil penyidikan dengan cara merangkai perpaduan antara fakta-fakta perbuatan tersebut dengan unsur-unsur Tindak Pidana sesuai ketentuan Undang-Undang Pidana yang bersangkutan.



Fungsi Surat Dakwaan (SE JAGUNG RI NO: SE-004/J.A/11/1993)


Fungsi Surat Dakwaan dapat dikategorikan :
a.       Bagi Pengadilan/Hakim, Surat Dakwaan merupakan dasar dan sekaligus  membatasi ruang lingkup pemeriksaan, dasar pertimbangan dalam  penjatuhan keputusan;
b.      Bagi Penutut Umum, Surat Dakwaan merupakan dasar pembuktian/analisis yuridis, tuntutan pidana dan penggunaan upaya hukum;
c.       Bagi terdakwa/Penasehat Hukum, Surat Dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan pembelaan. 

Jenis-jenis Hukuman dalam KUHP


Dalam  Pasal 10 KUHP disebutkan bahwa hukuman terdiri atas tujuh (7) jenis, yakni tiga (4) jenis hukuman pokok dan tiga (3) jenis hukuman tambahan, antara lain:
a.       Hukuman pokok:
1.      Hukuman mati;
2.      Hukuman penjara;
3.      Hukuman kurungan;
4.      Hukuman denda
b.      Hukuman tambahan:
1.      Pencabutan hak-hak tertentu;
2.      Perampasan barang-barang tertentu;
3.      Pengumuman putusan hakim.
Selain tujuh jenis hukuman di atas, terdapat hukuman Tutupan yang diatur dalam dalam UU No.20 Tahun 1946 tentang Hukuman Tutupan . Tujuan dari hukuman Tutupan ini sendiri adalh untuk menggantikan pidana penjara dalam hal hakim mengadili orang yang melakukan kejahatan yang diancam dengan pidana penjara, karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati.

Kamis, 16 Agustus 2012

Perjanjian Peminjaman Uang


PERJANJIAN PEMINJAMAN UANG
(untuk mendirikan usaha penjualan alat-alat kantor (ATK))
Perjanjian Peminjaman Uang untuk mendirikan usaha penjualan alat-alat kantor (ATK) ini dibuat pada hari: Kamis, 12 Agustus 2012 di Jalan Melati No.7 Kel. Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur oleh dan antara:
Nama               : Thomas Steven,
Pekerjaan         : Karyawan swasta      
Nomor KTP     : 074005004031989.  
Alamat                         : Jalan Nangka No.8 Kel. Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur
Selanjutnya disebut “Pihak Pertama”.

Nama               : Daniel Kevin,
Pekerjaan         : Pengusaha
Nomor KTP     : 074005018201972.
Alamat                         : Jalan Melati No.7 Kel. Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur
 Selanjutnya disebut “Pihak Kedua”.
Pihak Pertama dan Pihak Kedua dengan ini sepakat untuk mengadakan kerjasama Peminjaman Uang untuk mendirikan usaha penjualan alat-alat kantor (ATK) dalam rangka penerimaan mahasiswa baru dengan ketentuan sebagai berikut:
  1. Bahwa, Pihak Pertama dengan ini sepakat untuk meminjamkan uang kepada Pihak Kedua sebesar Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah) sebagai modal untuk menjalankan Peminjaman Uang untuk mendirikan usaha penjualan alat-alat kantor (ATK) yang akan dilaksanakan oleh Pihak Kedua, dan Pihak Kedua dengan ini sepakat untuk meminjam uang tersebut dari Pihak Pertama untuk menjalankan usaha penjualan alat-alat kantor (ATK) tersebut.
  2. Bahwa, Pihak Kedua dengan ini sepakat untuk mengembalikan uang pinjaman tersebut kepada Pihak Pertama dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak dilakukannya penyerahan uang pinjaman tersebut dari Pihak Pertama kepada Pihak Kedua.
  3. Bahwa, terhadap peminjaman uang tersebut, Para Pihak sepakat bahwa Pihak Kedua akan memberikan bagian keuntungan usaha penjualan alat-alat kantor (ATK) tersebut kepada Pihak Pertama sebesar 20 % (dua puluh persen) dari keuntungan bersih yang diperoleh Pihak Kedua dari usaha penjualan hewan kurban tersebut, yang pembayarannya akan dilakukan bersamaan dengan pengembalian pinjaman pokok.
  4. Bahwa, dalam hal Pihak Kedua mengalami kerugian, maka Pihak Pertama tidak berkewajiban untuk ikut menanggung kerugian yang diderita oleh Pihak Kedua tersebut, dan dalam hal demikian Pihak Kedua hanya berkewajiban untuk mengembalikan pinjaman pokok.
  5. Bahwa, dalam hal terjadi perselisihan dalam pelaksanaan Perjanjian ini Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah dan kekeluargaan, dan dalam hal musyawarah tersebut tidak mencapai kesepakatan maka Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Demikian Kesepakatan ini dibuat pada hari dan tanggal sebagaimana disebutkan pada bagian awal kesepakatan ini dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing bermaterai cukup serta mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Pihak Pertama,                                                                          Pihak Kedua,

Thomas Steven                                                                          Daniel Kevin